Fase F
Capaian Umum
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan mendeskripsikan bioproses yang terjadi dalam sel, dan menganalisis keterkaitan struktur organ pada sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tersebut. Selanjutnya peserta didik memiliki kemampuan menerapkan konsep pewarisan sifat, pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan sehari-hari dan mengevaluasi gagasan baru mengenai evolusi. Konsep-kosep yang dipelajari diterapkan untuk memecahkan masalah kehidupan yang diselesaikan dengan keterampilan proses secara mandiri hingga menciptakan ide atau produk untuk mengatasi permasalah tersebut. Melalui keterampilan proses juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan mendeskripsikan struktur sel serta bioproses yang terjadi seperti transpor membran dan pembelahan sel; menganalisis keterkaitan struktur organ pada sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tersebut; memahami fungsi enzim dan mengenal proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh; serta memiliki kemampuan menerapkan konsep pewarisan sifat, pertumbuhan dan perkembangan, mengevaluasi gagasan baru mengenai evolusi, dan inovasi teknologi biologi.
Indikator Ketercapaian
Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri dengan melawan atau menyingkirkan penyusup asing yang berpotensi membahayakan (seperti bakteri dan virus) atau sel abnormal (seperti sel kanker) (Sherwood, 2014).
Adapun sebagian fungsi sistem imun, yaitu:
Berikut ini adalah beberapa istilah umum yang perlu kita ketahui terkait sistem imun.
Merupakan respon imun yang bersifat bawaan (innate immunity). Respon cepat terhadap berbagai jenis antigen tanpa membedakan jenis patogen tertentu. Bawaan sejak lahir dan tidak memerlukan paparan sebelumnya terhadap antigen.
Sistem imun Non Spesifik dibagi menjadi dua berdasarkan lokasi dan cara kerjanya:
Kulit manusia memiliki lapisan luar sel yang keras yang menghasilkan keratin. Lapisan sel ini, yang terus-menerus diperbarui dari bawah, berfungsi sebagai penghalang mekanis terhadap infeksi.
Pertahanan secara mekanis ini contohnya ketika silia pada hidung menyaring udara kemudian bersin, bantuk, pembilasan oleh air mata, saliva, dan urin.
Pertahanan secara kimiawi misalnya berupa membran mukosa yang mensekresikan enzim lisozim yang terdapat pada saliva, keringat, air mata, juga zat anti mikroba seperti HCl pada lambung.
Fagositosis adalah proses di mana sel-sel imun menelan dan menghancurkan partikel asing seperti bakteri, virus, dan sel-sel mati.
Tahap fagositosis:
Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera yang disebabkan oleh bakteri, gigitan serangga, atau pukulan keras. Gejala lokal respon inflamasi yaitu kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, hingga kehilangan fungsi.
Pengenalan patogen memicu produksi dan pelepasan berbagai macam peptida dan protein seperti interferon dan protein komplemen untuk menyerang atau menghalangi reproduksi mikroba.
Sel NK (Natural killer) atau sel pembunuh alami merupakan sel darah putih yang mampu membunuh sel-sel kanker dan sel yang terinfeksi virus. Tidak memerlukan aktivasi sebelumnya: Sel NK dapat langsung menyerang sel target tanpa perlu paparan atau aktivasi sebelumnya oleh antigen tertentu.
Merupakan sistem imun yang mengenali dan menangani patogen tertentu. Dikembangkan setelah paparan terhadap antigen tertentu (Adaptive). Respons lebih lambat pada paparan pertama, tetapi lebih cepat dan kuat pada paparan berikutnya.
Berdasarkan mekanisme dan komponen utama yang melawan patogen, sitem imun spesifik dibagi dua:
Kekebalan humoral juga disebut kekebalan yang diperantarai antibodi. Antibodi ini diproduksi oleh sel B dan bekerja dengan mengikat antigen spesifik pada patogen, sehingga menandainya untuk dihancurkan oleh sel-sel kekebalan lainnya. Imunitas humoral dinamakan demikian karena melibatkan zat yang ditemukan dalam humor, atau cairan tubuh. Dinamakan sel B karena sel ini matang di Bone marrow (sumsum tulang)
Berdasarkan cara mendapatkan antibodi, dikenal dua macam kekebalan, yaitu:
Diperoleh ketika seseorang terkena penyakit kemudian sistem imun memproduksi antibodi/lIimfosit yang spesifik.
Diperoleh dari hasil vaksinasi. Vaksin adalah patogen yang dilemahkan atau toksin yang telah diubah, yang dapat memicu imunitas tubuh.
Terjadi saat pemberian ASI (Air Susu Ibu) dan saat IgG ibu masuk ke plasenta ketika mengandung.
Terjadi melalui injeksi antibodi dalam serum yang dihasilkan oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar antigen tertentu.
Sistem imun seluler, atau sistem imun yang diperantarai sel (Cell Mediated Immunity), adalah pertahanan terakhir yang melibatkan sel T untuk menghancurkan sel yang terinfeksi oleh patogen atau sel abnormal secara langsung. Dinamakan sel T karena sel ini matang dikelenjar Timus
Hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas atau reaktivitas antibodi atau sel-T yang berlebihan terhadap antigen (alergen).
Autoimun merupakan kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel tubuh dengan sel inang sehingga sistem imunitas menyerang sel tubuh sendiri.
Imunodefisiensi adalah kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespon antigen.
Beberapa penyakit imunitas lainnya pada anak-anak di antaranya adalah poliomielitis, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis B. Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan melakukan imunisasi.
Misalnya seseorang yang memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus tipe 1 akan berisiko menurunkan penyakit tersebut pada keturunannya.
Fungsi organ yang terganggu akan mempengaruhi kerja organ lainnya, seperti berat badan yang berlebihan (obesitas).
Respon stres dipicu oleh aktivasi Hipotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA). Aktivasi dapat mempengaruhi fungsi organisme secara signifikan.
Usia dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Contohnya, bayi prematur lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi yang normal.
Zat-zat sisa metabolisme apabila dibiarkan menumpuk di dalam tubuh akan meracuni dan berbahaya bagi tubuh.
Studi terbaru menunjukkan bahwa aktivitas estrogen juga mempengaruhi berbagai jalur biologis, termasuk respons imun. Estrogen dapat mengendalikan produksi interferon tipe-I, mengurangi produksi sitokin pro-inflamatorius, dan mengatur intensitas infeksi virus maupun bakteri.
Tidur tidak hanya mempengaruhi produksi sitokin tetapi juga mempengaruhi bagaimana tubuh merespons infeksi dan proses pemulihan. Dengan demikian, menjaga kualitas tidur dapat berkontribusi pada kesehatan imun yang optimal.
Olahraga dapat melancarkan aliran darah dan membersihkan tubuh dari racun. Tetapi olahraga berlebihan dapat menimbulkan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
Resep antibiotik yang berlebihan menyebabkan peningkatan resistensi antimicrobial, penyakit yang lebih parah, durasi penyakit yang lebih lama, risiko komplikasi yang lebih besar, dan mortalitas yang meningkat.
Bahan radioaktif, pestisida, rokok, alkohol, dan bahan kimia berisi zat yang dapat memengaruhi imunitas.
Nutrisi seperti vitamin dan mineral mempengaruhi maturasi (pematangan) sel T. Protein diperlukan dalam pembentukan imunoglobulin dan komplemen. Akan tetapi, kelebihan nutrisi dapat menimbulkan penyakit seperti kardiovaskuler dan obesitas.